Entri Populer

Jumat, 24 Desember 2010

MEMUSNAHKAN PLAGIAT DI BUMI PERTIWI


MEMUSNAHKAN
PLAGIAT DI BUMI PERTIWI

Sejumlah tindakan amoral masih saja terus mewarnai dunia pendidikan kita, salah satunya adalah penjiplakan karya tulis ilmiah yang dilakukan oleh mahasiswa, dosen, bahkan guru besar. Sungguh sangat ironis, sebab hakikatnya mereka adalah aset terbesar bangsa yang melalui tenaga dan pikirannya, diharapkan mampu memajukan atau memberi kontribusi positif bagi bangsanya, namun sebaliknya mereka malah mencoreng dan menurunkan harkat martabat bangsa. Bila kita rasakan, dampak negatifnya banyak sekali. Diantaranya, fakta membuktikan bahwa sumber daya manusia negeri yang beriklim tropis ini tengah dilanda krisis intelektual, mentalitas insaninya kian bobrok, serta kualitas kaum terpelajarnya yang keropos karena hasil karya tidak sesuai dengan kompetensi. Kita tak boleh mengambil hak cipta intelektual seseorang. Ketika kita masih tetap melakukannya, secara otomatis kita telah melanggar UU Nomor 19 Tahun 2002. Artinya, hukuman pidana atau perdatapun sah dan siap untuk menjerat leher kita.

Tiga Terobosan Jitu

Akar penyebab terjadinya penjiplakan ada tiga faktor, yakni rendahnya integritas pribadi, ambisi mendapatkan tunjangan finansial, serta kurang ketatnya sistem di perguruan tinggi. Menanggapi tiga sebab merebaknya penjiplakan yang telah diutarakan oleh Mendiknas tersebut, saya ingin menawarkan tiga terobosan untuk memusnahkan atau setidaknya meminimalisir praktek penjiplakan di bumi pertiwi. Pertama, Perlu peningkatan integritas pribadi, yaitu dengan cara membumikan budaya baca, tulis dan diskusi. Untuk membumikan budaya-budaya tersebut, tentu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, melainkan dibutuhkan kerjasama yang solid dan harmonis antara pustakawan dan dosen. Sedangkan dosen bisa dengan cara mengusulkan bahan pustaka yang dibutuhkan kepada pustakawan, lalu menugaskan mahasiswanya untuk mengakses informasi terkait dengan mata kuliahnya di perpustakaan. Kedua, menanamkan nilai-nilai hidup sederhana serta membekali mahasiswa dengan karakter, budi pekerti dan humaniora. Sebab, sejatinya miskinnya budi pekerti dan sifat manusia yang selalu kuranglah penyebab dari ambisi memperoleh tunjangan finansial. Ketiga, sistem di perguruan tinggi terkait penulisan karya tulis ilmiah harus diperketat. rmat seefektif dan seefisien mungkin agar peserta didik tak lagi memiliki celah dan peluang untuk menjiplak. Yaitu dengan cara membentuk database tentang hasil penelitian. Termasuk skripsi, tesis, dan desertasi.

Obat Terakhir

Terlepas dari tiga penyebab terjadinya praktek plagiat yang telah diutarakan Mendiknas di atas, ada satu aji pamungkas atau obat terakhir agar plagiator atau tikus akademik benar-benar merasa kapok dan tidak berani mengulangi untuk yang kesekian kalinya. Ibarat orang makan nasi, aji pamungkas tersebut adalah buahnya. Yakni, pengimplementasian UU Nomor 19 Tahun 2002 perihal hak cipta secara baik dan benar. Mengapa? karena kendati Undang-Undang telah disahkan oleh yang berwenang, durasi waktu hukuman pidana dan jumlah uang hukuman perdatapun juga sudah ditentukan. Namun hal itu belum bisa memberi jaminan secara pasti, bahwa akan terbasmi dan musnahnya plagiat di negeri kita tercinta ini, mengingat undang-undang tidak akan pernah mampu berlaku sebagaimana mestinya dan menghukum orang yang seharusnya terjerat hukum, tanpa adanya pelaku hukum yang bena-benar jujur, tegas dan tidak memihak.
Akhirnya, tak ada yang tak mungkin di dunia ini, barang siapa yang memiliki impian setinggi langit dalam hidupnya, sedangkan dia bersedia untuk bersungguh-sungguh dalam mewujudkannya, niscaya dia akan mendapatkannya. Dari hadist di atas, rasanya sudah menjadi suatu keharusan bagi kita untuk selalu optimis, yakin dan percaya bahwa kendati plagiat di dunia pendidikan kita telah bercokol lama, mendarah daging, bahkan membudaya sekalipun. Harus optimistis bahwa kita pasti mampu untuk memberantas tuntas hingga akar-akarnya. Tentunya dengan niat yang ikhlas, tekat yang kuat dan dimanifestasikan pada sikap, upaya serta tindakan nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut