UNISSULA SEBAGAI GENERASI KHAIRA UMMAH;
PENGAWAL GERBANG KEBANGKITAN PERADABAN ISLAM
BEM PT UNISSULA
Teropong Realitas
Sejarah mencatat bahwa keberhasilan Nabi Muhammad SAW melalui ajaran Islam yang diwahyukan padanya sanggup mengantarkan bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tak berprikemanusiaan, menjadi bangsa yang maju dan berakhlak. Peradaban yang ditorehkan Nabi Muhammad SAW ini mengedepankan peradaban berdasarkan nilai-nilai agama dan kemanusiaan yang berhasil mengalahkan dua kekuatan kuat, yaitu Persia dan Romawi yang membangun peradaban dengan kekuatan materi. Bahkan harus diakui kemajuan Barat pada mulanya bersumber pada peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol. Di sini Islam menjadi trendsetter sebuah peradaban modern yang dibangun untuk kesejahteraan umat manusia di muka bumi ini, itulah kejayaan-kejayaan peradaban Islam masa lalu.
Sejatinya peradaban Islam ditopang oleh ilmu pengetahuan, para Ilmuwan Islam yang seribu tahun lalu adalah pembawa obor pengetahuan dengan menciptakan peradaban Islam didorong oleh penelitian dan penemuan-penemuan ilmiahnya. Akan tetapi sekarang kejayaan itu agaknya sudah tergantikan dengan peradaban Barat yang sekuler dan materialis. Betapa tidak, menjadi trend sekarang adalah ilmu pengetahuan dan teknologi Barat, dan tidak menutup kemungkinan sudah menjadi panutan bagi negara-negara Islam dengan dalih umat Islam agar tidak dikatakan ketinggalan zaman sehingga terkesan Islam selalu mengekor pada Barat.
Kesiapan umat Islam untuk menghadapi keterpurukan dan ketertinggalan ini nampak belum terpatri dalam jiwanya. Sampai detik ini, generasi-generasi sekarang telah krisis identitas dan nyaris kehilangan jati dirinya sebagai generasi dambaan umat. Simak saja, Indonesia sebagai negara penduduknya Islam terbesar di dunia, generasinya (mahasiswa) sebagai pelopor perubahan segala aspek, telah ditemukan dalam kehidupan sehari-harinya banyak yang terjebak dalam limbah kehidupan hedonisme, sekuler, dan sangat liberal. Sehingga menyebabkan sikap individualisme, apatis dan pasif atas dinamika sosial yang terjadi. Mahasiswa sekarang sibuk dengan akademiknya, bahkan hanya terlintas dalam pikirannya bagaimana lulus tepat waktu dan cepat bekerja. Kenapa mereka tidak menyadari bahwa mereka adalah insan terdepan dan sebagai agent of change?
Ironisnya lagi budaya intelektual mahasiswa sangat rendah bahkan hampir tak bisa dicicipi lagi oleh kalayak umum. Peran kampus sebagai penampung para intelektual tidak bisa dipisahkan dari budaya berdiskusi, membaca, menulis, dan berorganisasi yang merupakan upaya untuk menelorkan generasi-generasi yang berkompeten dan siap untuk berkompetisi, namun kini telah tergilas oleh era globalisasi yang disalahpersepsikan bagi para penikmatnya yang dapat merubah ke mindset negatif. Dari budaya-budaya di atas seharusnya ada pada diri kaum intelektual ini sudah mulai luntur dari citranya. Sebagai contoh budaya membaca dan menulis diakui telah hilang dari peredaran aktivitas mahasiswa, ini merupakan wujud kebobrokan bangsa.
Sebuah surat kabar menyatakan bahwa ”Indonesia yang berpenduduk lebih dari 225 juta jiwa baru sanggup menerbitkan sekitar 8.000 judul buku pertahun. Jumlah ini sama dengan Malaysia yang berpenduduk sekitar 27 juta jiwa dan jauh di bawah Vietnam yang bisa mencapai 15.000 judul buku pertahun dengan jumlah penduduk sekitar 80 juta jiwa.” (Kompas, 28 Januari 2009).
Potret buram di negeri mayoritas muslim ini sangat menyakitkan bagi para penghuninya “yang sadar”. Budaya membaca dan menulis memang benar-benar serius belum membumi di negeri ini. Salah satu faktor penyebabnya yaitu; di lembaga-lembaga pendidikan masih kurang adanya sarana dan prasarana khususnya perpustakaan dengan pasokan buku-buku yang bermutu dan memadai. Bagaimana mungkin bisa menguasai dunia kalau generasi masih alergi dengan buku? Bagaimana mungkin bisa merebut kembali kejayaan peradaban Islam masa lalu? Dan apakah malah merasa nyaman di tengah-tengah hegemoni peradaban Barat yang sekuler ini?
Kemunduran umat Islam saat ini lebih dipicu karena krisis ilmu. Pada hal ilmu adalah akar peradaban dan peradaban adalah buah dari ilmu pengetahuan. Maka sepakat dengan ungkapan bahwa buku adalah ”jendela dunia”. Berarti kunci untuk menguasai dunia adalah dimulai dari membaca buku, mengkaji ilmu pengetahuan yang diperoleh dari buku, kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan dan disebarluaskan ke penjuru. Aktivitas seperti ini merupakan kegiatan kreatif serta memberdayakan otak dan juga merupakan salah satu produktifitas generasi untuk menunjukkan eksistensinya di muka bumi ini.
Lahirlah Khaira Ummah
Kondisi yang mencekam ini, sangat membutuhkan sosok generasi yang bisa membawa perubahan, yaitu satu generasi baru yang tangguh “Khaira Ummah” sebagai generasi terbaik sebagaimana terlukiskan dalam Al-Qur’an (QS. Ali Imran : 110). Generasi yang telah diturunkan Allah SWT di muka bumi ini untuk menjadi pemimpin dan pelopor yang sanggup memimpin dunia dengan penuh kerahmatan. Dan tidak kalah pentingnya generasi ini juga ditugasmuliakan untuk menegakkan sendi-sendi kehidupan Islam, yaitu senantiasa menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar dengan berdasarkan atas keimanan kepada Allah SWT.
Kehadiran Khaira Ummah penuh berharap bisa menjawab tantangan dan keterpurukan yang menjerat umat Islam saat ini. Karena terpikul di pundaknya menyanggupkan diri membuat dunia baru, membawa kerahmatan yang dapat menghapus ketidakadilan,, keterpurukan, kebodohan, dll. Maka generasi Khaira Ummah ini tentunya dengan kegigihannya yang didasari ilmu tinggi dan akhlak mulia sangatlah mampu untuk merebut kembali peradaban Islam yang runtuh.
Tepat sekali ketika Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang yang menetapkan visinya sebagai Universitas terkemuka dalam melahirkan generasi ”Khaira Ummah”, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, membangun kesejahteraan masyarakat dan mengembangkan peradaban Islam menuju masyarakat sejahtera yang dirahmati Allah SWT dalam kerangka rahmatan lil alamin.
Sebagai Universitas yang sudah mencanangkan diri The First World Class Islamic Cyber University ini menetapkan salah satu strategi untuk meraih visinya tersebut dengan melalui program Budaya Akademik Islami (BudAi) ditopang dengan cyber yaitu menuju dunia digitalisasi yang ke depannya mengakses segala kebutuhannya untuk meraup ilmu, baik yang berhubungan dengan materi perkuliahan maupun wacana-wacana yang lain dengan menggunakan sistematisasi secara elektronik. Dan Universitas ini juga menuntut civitas academikanya untuk cakap berbahasa Inggris dalam aktivitasnya sehari-hari. Upaya-upaya Unissula ini semata-mata untuk mencetak generasi Khaira Ummah yang disiapkan untuk membawa panji-panji Islam ke penjuru dunia, sanggup berkompetisi di tataran dunia dan bisa menjawab tantangan zaman yang sekarang ini dikuasai kaum Barat.
Perlu Wadah; “Pers Mahasiswa”
Dalam rangka mencetak generasi Khaira Ummah, Unissula selain sudah mengetuk palu cyber sebagai alat penunjang utama sehari-hari, tetapi tetap harus melihat kondisi mahasiswanya yang masih haus memerlukan adanya wadah penampung para penerus estafet ilmuwan dan pemikir muslim untuk ikut andil memberi ide-ide maupun gagasan-gagasan kreatif yang selama ini terbungkam dan mungkin masih menyumbat di pikiran yang belum sempat tertumpah dalam lembaran-lembaran kertas. Maka diperlukanlah wadah pemikiran atau dapat disebut “pers mahasiswa” agar ide dan gagasan dapat tersalurkan dengan tertata rapi secara tekstual dan sistematis. Dari sini sangatlah mutlak diperlukan di lingkungan mahasiswa upaya membudayakan menyampaikan ide di pers mahasiswa (majalah) ini nantinya menjadi jamu yang paling murah, tapi mujarab dalam mengobati lemahnya kemampuan berpikir kritis generasi.
Senada dengan jargon kampus kita tercinta Unissula yaitu; “Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah”, cukup beralasan dan sangat tepat jika Khaira Ummah dijadikan sebagai sebuah nama majalah BEM-PT Unissula dengan harapan menjadikannya wadah pemikiran-pemikiran umat yang berada di garis terdepan di berbagai bidang. Tepatnya pada awal Mei 2010 BEM-PT Unissula periode 2009/2010 mencetuskan majalah Khaira Ummah sebagai pers mahasiswa Unissula. Karena menyadari bahwa banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh menggeluti dunia pers. Seorang mahasiswa, aktivitas semacam ini sebagai ajang untuk membudayakan penyampaian ide-ide maupun gagasan-gagasan sebagai wujud kepekaan terhadap kondisi lingkungan yang ada, dan tidak ketertinggalan zaman dengan mengkaji era globalisasi yang tidak bisa dipisahkan dengan teknologi dan informasi, serta siap berkompetisi di tataran dunia sekalipun. Sehingga tidak lepas dengan mengawal kampus tercinta Unissula menuju The First World Class Islamic Cyber University.
Dengan niat yang luhur, Khaira Ummah sebagai nama majalah BEM-PT Unissula telah memegang erat Visi: “Mengawal Gerbang Kebangkitan Peradaban Islam”
Dengan Misi:
@ Mensyi’arkan potensi ke-Islaman guna terciptanya generasi yang berilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang siap bersaing serta berakhlak mulia
@ Mengasah daya pikir kritis, sistematis dan analisis solutif mahasiswa sebagai penerus estafet ilmuwan dan pemikir muslim.
@ Menjadi media komunikasi antara pemangku kebijakan (Pimpinan Universitas) dan mahasiswa.
@ Memperkuat Ukhuwah Islamiyah antar civitas akademika.
Melalui visi dan misi ini, dan ditopang dengan pemahaman mendalam bahwa Unissula adalah satu diantara sekian gerbang dunia menuju kebangkitan pearadaban Islam dengan generasi khaira ummahnya, dibekali dengan BudAi dan cyber. Maka majalah Khaira Ummah hadir memberi warna sebagai media untuk berjuang kritis yang sangat efektif, efisien dan praktis memenuhi kebutuhan masyarakat dewasa ini. Serta sebagai ajang untuk memberi semangat pada generasi sekarang agar nantinya tangguh sanggup mengawal gerbang kebangkitan peradaban Islam, dengan pengorbanan dan perjuangan yang sungguh-sungguh menerapkan Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Begitu juga dengan gigih menegakkan kembali bangunan ilmu pengetahuan, pada akhirnya wujudlah bangunan peradaban Islam yang cemerlang nan kokoh sampai akhir zaman.
Namun, dengan catatan untuk menghadapi hegemoni Barat ini bukan hanya melulu dengan ilmu pengetahun dan teknologi yang notabene materialistis, tetapi juga menghadapinya tetap dengan mengedepankan nilai-nilai agama (Islam) dan kemanusiaan dengan penuh kasih sayang, keadilan, ketentraman, kemakmuran, dan kesejahteraan. Karena mengingat munculnya generasi Khaira Ummah melainkan hanyalah untuk kerahmatan umat di muka bumi, bukan untuk merusak ataupun membantai satu dengan yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar